Oleh: Ayu Novita Rachmawati

Wednesday, October 12, 2011

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
Untuk Kalangan Mahasiswa








Disusun Oleh:
1.      Sigit Purnomo            (A510100102)
2.      Eni setiyowati            (A510100104)
3.      Febrian Ardiansa      (A510100105)
4.      Ayu Novita R.            (A510100106)
5.      Aisyah Senja M.        (A510100116)
6.      Ari Purwanti             (A510100126)
7.      Riris Septiana            (A510100127)
8.      Eka Yulitasari           (A510100134)
9.      Ayu Mawaliya J.       (A510100136)
10.  Nila Kusuma              (A510100148)
11.  Khoiriah                     (A510100151)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011



PRAKATA

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi robbi, berkat Rahmat dan karunia-Nya kita masih diberikan kekuatan, kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan kehidupan ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan alam Nabiullah Muhammad SAW. beserta seluruh keluarga, para sahabat dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.
Alhamdulilah, buku Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah hadir sebagi salah satu buku dalam mengembangkan penalaran terutama dalam bentu tulisan. Hadirnya buku ini sebagai wujud kepedulian penulis untuk meningkatkan pengembangan penulisan karya tulis ilmiah. Penulisan yang berkualitas memerlukan teknik-teknik penulisan yang tepat, sehingga dihasilkan karya menarik dan dapat dipertanggungjawabkan.
            Penulisan karya tulis ilmiah merupakan hal yang sangat urgen dalam dunia mahasiswa. Mahasiswa diharuskan dapat membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah, proposal, laporan penelitian, skripsi dan lain sebagainya. Karya tulis ilmiah ini di           temuai mahasiswa dalam banyak hal, oleh sebab itu diperlukan teknik-teknis khusus yang  jitu untuk menyusun karya tulis ilmiah.
            Penyusun berharap buku ini akan membantu mahasisawa dalam mendalami karya tulis ilmiah dan problemanya. Penyusun juga mengucapkan terimakasih pada Allah SWT yang atas ridho dan kemudahan yang Dia berikan dan semua pihak yang terlibat sampai akhirnya penyusun berhasil menyelesaikan buku ini.
            Buku ini tentunya tak luput dari kesalahan, baik dalam format penulisan ataupun isi. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi kemajuan yang lebih baik.


Penyusun

DAFTAR ISI

Prakata ..........................................................................................................................
Daftar isi .......................................................................................................................
BAB I : KARYA ILMIAH
1.      Pengertian Karangan Ilmiah .............................................................................
2.      Pengertian Karangan Non-Ilmiah .....................................................................
3.      Penggolongan Karangan Ilmiah ........................................................................
BAB II : PENALARAN ILMIAH
1.      Penalaran Deduktif ............................................................................................
2.      Penalaran Induktif .............................................................................................
3.      Pendekatan Ilmiah .............................................................................................
4.      Proses Penelitian ...............................................................................................
BAB III : NASKAH ILMIAH
1.      Naskah Ilmiah ....................................................................................................
2.      Jenis-jenis Naskah Ilmiah ..................................................................................
3.      Ciri-ciri Naskah Ilmiah ......................................................................................
4.      Syarat-syarat Naskah Ilmiah ..............................................................................
5.      Pemilihan Topik .................................................................................................
BAB IV : METODELOGI PENULISAN KARYA ILMIAH
1.      Metedologi Penulisan Karya Ilmiah ...................................................................
2.      Unsur-Unsur Karya Ilmiah ..................................................................................
BAB V : TINJAUAN PUSTAKA
1.      Tinjauan Kepustakaan .........................................................................................
2.      Peranan Kajian Kepustakaan ...............................................................................
3.      Pernyataan Masalah dan Hipotesis ......................................................................
BAB VI : KAJIAN KEPUSTAKAAN
1.      Mengorganisir Kajian Kepustakaan .....................................................................
2.      Kutipan Langsung dan Tidak Langsung ...............................................................


BAB VII : MACAM-MACAM KARYA ILMIAH
1.      Skripsi ......................................................................................................................
2.      Tesis .........................................................................................................................
3.      Karangan Ilmiah Populer .........................................................................................
4.      Jurnal ........................................................................................................................
BAB VIII : TABEL
1.      Isi Tabel ....................................................................................................................
2.      Bagian- bagian Tabel ...............................................................................................
3.      Tabel Rerata Kelompok ...........................................................................................
4.      Penyajian Grafik ......................................................................................................
5.      Petunjuk Penyusunan Tabel dan Grafik ..................................................................
BAB IX
1.      Bibliografi ................................................................................................................
2.      Summary ..................................................................................................................
3.      Indeks .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………













BAB I
KARYA ILMIAH
A.  Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya. Pateda (1993:91)
Beberapa pengertian karya ilmiah menurut para ahli antara lain sebagai berikut :
a.        Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
b.      Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
c.        Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
d.      Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.
B.     Karangan Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah :
1.    Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
2.    fakta yang disimpulkan subyektif,
3.    gaya bahasa konotatif dan populer,
4.    tidak memuat hipotesis,
5.    penyajian dibarengi dengan sejarah,
6.    bersifat imajinatif,
7.    situasi didramatisir,
8.    bersifat persuasif.
9.    tanpa dukungan bukti
Sedangkan jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.
C.    Penggolongan Karya Ilmiah
1.    Makalah
Adalah karya ilmiah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-obyektif. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas mata kuliah tertentu atau saran pemecahan tentang masalah tertentu secara ilmiah.
Makalah biasanya tersusun dari 3 bagian:
Bagian awal : halamn sampul, daftar isi, daftar tabel atau gambar (jika ada)
Bagian inti: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah, pembahasan, kesimpulan dan saran. berisi isi atau materi yang hendak dibahas dalam makalah tersebut. Bagian akhir: terdiri dari rujukan dan lampiran jika ada.
2.      Skripsi
Adalah karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan mengekhiri studi S-1 dan mencapai gelar sarjana, ini berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu yang ditempuh mahasiswa selam perkuliahan S-1. Tujuan penulisan skripsi adalah meltih mahasiswa menerapkan pengetahuannya melelui masalah yang berkenaan dengan bidang studi. Skripsi memiliki bobot 6 SKS.
3.      Tesis
Adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian akademis dan mencapai gelar magister. Syarat mutlak Dalam skripsi harus memeiliki landasan teori yang lebih kuat dan pembahasan yanag lebih mendalam daripada skripsi.
4.      Disertasi
Adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk mencapai derajat akademis doctor S-3. Ujian doctor bertujuan untuk menguji pendirian ilmiah mahasiswa terhadap sanggahan penguhi atas dalil-dalail yang disampaikannya saat ujian. Skripsi dan tesis memiliki kesamaan dalam sistematis penulisannya baik pada penelitian kuanttif atau penilitian kualitatif.
5.      Proposal penilitian
Disusun oleh mahasiswa sebelum menyusun skripsi, tesis maupun disertasi yang berupa pengajuan judul penelitian yang telah disetuji oleh dosen pembimbing, kemudian pengajuan proposal tersebut akan disempurnakan dalam seminar, setelah itu mahasiswa baru bisa mengajukan skripsi, tesis atau disertasi tersebut.
Bagian dalam proposal penelitian : bagian utama pendahuluan, landasan teoritis, metodologi penelitian, tanpa ada pembahasan dan kesimpulan-saran.


BAB II
PENALARAN ILMIAH
A.    Penalaran Induktif
Pola induktif merupakan suatu pola berpikir yang menarik suatu yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Pola penalaraan induktif dimulai dengan merumukan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan penyimpulan yang bersifat umum. Argumentasi merupakan hasil pengamatan penelitian, dan dalam pengelompokan masalah diperlukan pengetahuan dasar paling tidak dari pengalaman sehari-hari yang terkait dengan pola penalaran. Perhatikan contoh berikut:
1.      Observasi lapangan yang dilakukan dijalan A.M.Sangaji Yogyakarta diperoleh data sebagai berikut:
a.       Sepeda lewat dijalur bagian kiri garis marka
b.      Becak lewat dijalur bagian kiri digaris marka
c.       Andong lewat dijalur bagian kiri garis marka
d.      Mobil lewat dijalur bagian kiri garis marka
e.       Sepeda motor lewat dijalur bagian kiri garis marka
Sepeda, sepeda motor,becak,andong,mobil adalah jenis-jenis kendaraan.
Kesimpulannya:  Semua kendaraan lewat dijalur bagian kiri garis marka.
2.      Observasi lapangan di Waunvahr Street di Aberystwyth diperoleh data sebagai berikut:
a.       Sepeda motor lewat dijalur bagian kiri garis marka
b.      Mobil lewat dijalur bagian kiri garis marka
c.       Truk  lewat dijalur bagian kiri garis marka
d.      Bis lewat dijalur bagian kiri garis marka
Sepeda motor, mobil,truk, dan bis adalah jenis-jenis kendaraan.
Kesimpulannya : Semua kendaraan lewat dijalur kiri garis marka.
Apabila diperhatikan lebih lanjut diperhatiakn di Yogyakarta yang termasuk salah satu daerah dari Indonesia dan contoh yang dilakukan di Aberystwyth yang merupakan salah satu daerah di Inggris. Dari kedua kesimpulan tersebut dapat ditarik kesimpulan akhir yaitu bahwa system transportasi dijalan umum di Indonesia sama dengan di Inggris.
     Dari observasi lanjutan diperoleh data bahwa semua mobil baik di Indonesia maupun Inggris kemudi mobil berada dibagian kanan. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh importer mobil di Indonesia bahwa tidak perlu ada pesanan khusus tentang mobil berkaitan dengan letak kemudinya.
3.      Observasi lapangan di Flower Street, Los Angeles, California diperoleh data sebagai berikut:
a.       Mobil lewat dijalur bagian kanan garis marka
b.      Sepeda lewat dijalur bagian kanan garis marka
c.       Bis lewat dijalur bagian kanan garis marka
Mobil,sepeda, dan bis adalah jenis-jenis kendaraan
Kesimpulannya: Semua kendaraan lewat di jalur bagian kanan garis marka.Dari observasi lanjutan diperoleh data bahwa mobil di Amerika memakai system kemudi kiri.
Apabila hasil penelitian dengan pola induktif ini akan dimanfaatkan oleh seorang importir Indonesia, berkaitan dengan peraturan berlalulintas yang berlaku maka disarankan sebagai berikut:
1.         Importir tidak perlu pesan mobil khusus berkaitan dengan letak kemudian apabila akan mendatangkan dari negara Inggris.
2.         Importir harus memesan mobil khusus yang dirakit dengan system kemudi bagian kanan (bukan mobil dengan system system kemudi kiri seperti layaknya yang dipakai di Amerika) apabila ingin memdatangkan dari Amerika.
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa dengan pola induktif akan memunculkan suatu kebijakan khusus/penemuan baru yang dipakai sebagai pegangan baik untuk importir mobil di Indonesia ataupun para pabrikan mobil/industry mobil Amerika.
B.     Pola Deduktif
Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Pola deduktif adalah cara berfikir yang bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Apabila diperhatikan lebih lanjut terlihat bahwa pola deduksi didasari oleh paradigma /perumusan yang sudah diakui dan dibenarkan oleh masyarkat.
            Penarikan kesimpulan dengan pola deduktif biasanya mempergunakan pola pendekatan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis, yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Premis mayor mempunyai ruang lingkup yang relatif  luas, sedang premis minor mempunyai ruang lingkup relatif sempit/terbatas.
Salah satu agar penulis apat ,enyusun premis yang benar, peneliti harus menguasai bidang ilmunya. Penyusunan premis yang tidak tepat akan menghasilkan kesimpulan yang kabur atau salah. Untuk memahami pola deduktif berikut diberikan beberapa contoh.
Contoh yang benar :
a.       Semua makhluk hidup yang mampu berjalan mempunyai mata (premis mayor)
Si Badu adalah seorang mahkluk hidup (premis mayor)
Kesimpulannya: Si Badu mempunyai mata.
b.      Dalam rangka melaksanakan kewajiban belajar (kejar) Sembilan tahun semua anak usia 6 tahun keatas harus sekolah (premis mayor)
Si Ponia anak Pak Sabtuto baru berumur 4 tahun (premis minor)
Kesimpulannya: Si Ponia belum waktunya dimasukkan sekolah.
c.       Semua orang yang mendirikan bangunan rumah harus memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) (premis mayor)
Kesimpulannya: Si Alkapon harus memiliki IMB , tanpa kecuali.
Contoh yang tidak benar :
a.       Semua benda di angkasa bersinar pada malam hari (premis mayor yang tidak tepat)
Matahari termasuk benda angkasa (premis minor)
Kesimpulannya: matahari bersinar malam hari.
b.      Semua mahasiswa terlambat kuliah karena bisnya macet di jalan (premis mayor)
Si Suti seorang mahasiswa yang akan pulang ke rumah sehabis kuliah (premis minor)
Kesimpulannya: si Suti pulang dari kuliah terlambat.
Bagaimana pendapat saudara?
a.       Semua makhluk hidup bernafas
Bayam adalah tumbuhan
Kesimpulannya: Byam yam merupakan jenis tumbuhan juga bernafas
b.      Jalan di perbukitan umumnya berkelok-kelok
Di Desa Jatinom, Klaten jalannya berkelok-kelok
Kesimpulannya: Desa Jatinom, Klaten berada di perbukitan.
            Dari 3 contoh tersebut di atas, terlihat bahwa;
1.      Diperoleh kesimpulan yang tidak lagi diragukan kebenarannya (contoh no. 1)karena peneliti menguasai disipiln ilmunya, sehingga dalam penyusunan premis tidak diragukan lagi ketepatannya.
2.      Diperoleh kesimpulan yanh diragukan kebenarannya (contoh no. 2a) karena peneliti tidak menguasai betul tentang ilmu tersebut.
3.      Diperoleh kesimpulan yang diragukan kebenarannya (contoh no. 2b) karena peneliti tidak menguasai (karena kurang menggunakan pola logika ) sehingga didalam menyusu premis tidak berkaitan.
Dari uraian tersebut diatas , di dalam mngambil kesimpulan berdasarkan atas pola pikir deduktif, pola pikir penalaran dan penguasaan atas disiplin ilmu akan menentukan validitas kesimpulan yang dihasilkan. 
   Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Jika penalaran deduktif lebih menekankan pada kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Sedangkan penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif yaitu pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
C.     Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang fungsional terhadap masalah tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia; PN Balai Pustaka, 1989). Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.
Menurut Checkland (1993), berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
1.Reductionism
2.Repeatability
3. Refutation
Reductionism adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas permasalahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga dapat dengan mudah diamati dan diteliti. Pendekatan analitikal adalah nama lain dari reductionism, yaitu mencoba untuk mencari unsur-unsur yang menjelaskan fenomena tersebut dengan hukum sebab akibat. Asumsi dari reductionism ini adalah bahwa fenomena keseluruhan dapat dijelaskan dengan mengetahui fenomena dari unsur-unsurnya. Ada satu istilah yang sering digunakan dalam hal ini, yaitu keseluruhan adalah merupakan hasil penjumlahan dari unsur-unsurnya. Oleh karena itu, berfikir linier adalah juga merupakan nama lain dari reductionism.
Sifat kedua dari ilmu adalah repeatability, yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu, bila pengetahuan tersebut dapat dicheck dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang dilakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda. Sifat ini akan menghasilkan suatu pengetahuan yang bebas dari subyektifitas, emosi, dan kepentingan. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa ilmu adalah pengetahuan milik umum, sehingga setiap orang yang berkepentingan harus dapat mengecheck kebenarannya dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang dilakukan.
Sifat ilmu yang ketiga adalah refutation. Sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus memuat informasi yang dapat ditolak kebenarannya oleh orang lain. Suatu pernyataan bahwa besok mungkin hujan atau pun tidak, memuat informasi yang tidak layak untuk disebut ilmu, karena tidak dapat ditolak. Ilmu adalah pengetahuan yang memiliki resiko untuk ditolak, sehingga ilmu adalah pengetahuan yang dapat berkembang, sebagai contoh Teori Newton ditolak oleh Eisntein sehingga menghasilkan teori baru tentang relativitas. (Blog. Juli 12, 2008 ).Metode ilmiah merupakan ekspresi cara bekerja pikiran. Sistematika dalam metode ilmiah sesungguhnya merupakan manifestasi dari alur berpikir yang dipergunakan untuk menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir dalam metode ilmiah memberi pedoman kepada para ilmuwan dalam memecahkan persoalan menurut integritas berpikir deduktif dan induktif.
Berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Metode deduktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan kepada yang khusus. Sedangkan berfikir induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Metode induktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah metode yang digunakan menarik kesimpulan dari hal yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan bersifat umum.
Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dengan pendekatan empiris. Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan komulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Perumusan masalah.
2) Penyusunan kerangka berfikir dalam penyususnan hipotesis.
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Hubungan langkah yang satu dengan yang lainnya bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Langkah-langkah tersebut harus dianggap sebagai patokan utama walaupun dalam penelitian yang sesungguhnya mungkin saja berkembang berbagai variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.
Metode ilmiah ini penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan. Metode ilmiah ini pada dasarnya sama bagi semua disiplin keilmuan baik yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Walaupun ada perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan tersebut sekedar terletak pada aspek-aspek tekniknya bukan pada stuktur berfikir atau aspek metodologisnya.
D.    Proses Penelitian
Emory dan Cooper (1991) menjelaskan bahwa proses penelitian dimulai dengan kebutuhan yang mendorong dilaksanakannya penelitian dan diakhiri dengan pelaporan hasil penelitiannya. Beberapa tahap awal akan dijelaskan secara umum disini, yaitu kebutuhan untuk meneliti, masalah penelitian, dan rancangan penelitian; sedangkan tahap-tahap selanjutnya yang dititikberatkan pada analisis statistika, akan dijelaskan secara lengkap pada bab-bab selanjutnya, yaitu mengenai penarikan contoh, pengumpulan, pengukuran dan penyajian data, teknik-teknik analisis data, serta pelaporan dan presentasi hasil penelitian.
Kebutuhan untuk Meneliti
Penelitian ilmiah tidak dilakukan oleh semua orang atau masyarakat. Kegiatan penelitian biasanya dilakukan pada kalangan masyarakat tertentu, yairu institusi pendidikan, lembaga penelitian, dan akhir-akhir ini mulai meningkat di dunia industri atau para praktisi bisnis. Kebutuhan untuk melakukan peneltian secara umum bersumber pada :
1. Penelitian akademis di institusi pendidikan formal, misalnya penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi, tesis, atau disertasi. Kegiatan penelitian di kalangan pendidikan tinggi sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar, misalnya seorang mahasiswa S1tentunya harus menyiapkan skripsi dengan sistematika atau metodologi tertentu sesuai dengan kebijakan institusinya.
2. Penelitian manajemen terapan di perusahaan-perusahaan, termasuk penelitian di bidang bisnis. Kebutuhan penelitian biasanya diawali oleh kebutuhan seorang manajer mengenai suatu informasi tertentu. Kita tidak mungkin menyebutkan semua masalah manajemen dan tidak semua masalah manajemen tersebut harus dipecahkan melalui penelitian. Tetapi secara umum ada tiga tipe pangambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manajer, yaitu masalah manajemen yang mencakup (a)pilihan sasaran dan tujuan perusahaan, (b) pencarian dan evaluasi solusi, dan (c) pemecahan masalah atau pengendalian situasi.
3. Penelitian yang didorong dengan ketersedian data dan berbagai peralatan yang berkembang pesat. Ketersediaan berbagai teknik tersebut merupakan faktor penting untuk menentukan apakah suatu penelitian bisa dilakukan. Misalnya, penyediaan data atau informasi melalui internet mendorong penelitian-penelitian yang tadinya sulit dilakukan karena terbatasnya sumber data, atau tersedianya peralatan penginderaan jarak jauh (teropong raksasa atau teknologi satelit) semakin mendorong penelitian mengenai bumi dan ruang angkasa yang semakin maju.
Masalah Penelitian
Masalah merupakan deviasi atau penyimpangan antara rencana dengan
aktualisasinya, atau antara harapan dengan realita, termasuk juga antara teori dengan fakta. Pengertian secara umum tersebut menunjukkan bahwa masalah selalu ada disekitar kita, dari yang masalah sederhana sampai rumit. Tetapi apakah semua masalah bisa dipecahkan melalui penelitian ? Pemecahan masalah merupakan usaha untuk memperkecil deviasi atau penyimpangan tersebut. Biasanya masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Pemecahan masalah bisa juga diartikan memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut tetapi tidak semua pertanyaan tersebut dapat diteliti dan tidak semua pertanyaan penelitian (research qustion) dapat dijawab. Hal inilah yang menjadi landasan pokok mengapa masalah penelitian harus didentifikasi, dibatasai, dan diformulasikan secara jelas dalam penelitian ilmiah. Secara umum, suatu pertanyaan bisa diteliti jika bisa dijawab melalui observasi atau cara pengumpulan data lainya dalam dunia nyata, yang bisa memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Salah satu tahap awal yang sangat berguna dalam proses penelitian adalah menyatakan atau mendefinisikan masalah mendasar (basic problem). Masalah dasar tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendetail. Langkah ini merupakan pembuatan hirarki pertanyaan dari pertanyaan umum sampai pertanyaan yang sangat terperinci, yaitu:
a. Management question, yaitu pertanyaan yang menunjukkan keputusan yang harus dibuat oleh manajer yang akan dievaluasi lebih lanjut, yaitu apakah masalah tersebut bisa dijadikan landasan untuk melakukan penelitian atau tidak
b. Reserach question, yang menterjemahkan pertanyaan manajer diatas ke bentuk pertanyaan penelitian (research problem) yang lebih dititikberatkan pada aspek pengumpulan informasi yang mungkin dilakukan.
c. Investigative question, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang lebih terperinci lagi sehingga seorang peneliti bisa mencari jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan penelitian umum.
d. Measurement question, yaitu pertanyaan yang paling mendetail dalam bentuk pengukuran faktor atau variabel yang relevan dengan pertanyaan penelitian.
Hirarki tersebut bisa dinyatakan secara terpisah atau eksplisit satu sama lain atau
berkesinambungan secara implisit dengan hasil akhir yang sama yaitu pertanyaan yangdiidentidifikasi, dibatasi, dan diformulasikan dengan jelas.


BAB III
NASKAH ILMIAH
A.    Pengertian Naskah Ilmiah
KONVENSI NASKAH KARANGAN ILMIAH
1.      PENGANTAR
Konvensi penulisan karangan ilmiah itu menyangkut :
1.      Bentuk karangan ilmiah
2.      Bagian-bagian karangan ilmiah
Pembicaraan bentuk karangan ilmiah mencakupi :
1.      Bahan yang digunakan
2.      Perwajahan
3.      Penomoran
Pembicaraan bagian-bagian karya ilmiah meliputi :
1.      Judul karangan ilmiah
2.      Judul bab-bab dalam karangan ilmiah
3.      Judul anak bab
4.      Judul table, grafik, bagan, dan gambar
5.      Daftar pustaka
6.      Lampiran.

2.      BAHAN DAN JUMLAH HALAMAN
Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan ilmiah sebaiknya kertas HVS yang berukuran kuarto (21,5 x 28 cm2), sedangkan untuk kulitnya digunakan kertas yang agak tebal. Jumlah halaman makalah untuk melengkapi ujian semester dalam mata kuliah tertentu, misalnya, berkisar  halaman 10 – 15 halaman, termasuk prakarta, daftar isi, dan daftar pustaka. Jumlah halaman skripsi untuk memenuhi syarat ujian diploma atau sarjana tidak kurang dari 50 halaman. Untuk karangan ilmiah yang ditulis dalam rangka mengikuti suatu sayembara, jumlah halaman disesuaikan dengan ketentuan panitia.
3.      PERWAJAHAN
Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak unsure-unsur karangan ilmiah serta aturan penulisan unsur-unsur tersebut, yang dikaitkan dengan segi keindahan dan estetika naskah. Tata letak penulisan unsur-unsur karangan ilmiah harus diusahakan sebaik-baiknya agar karangan ilmiah tampak rapi dan menarik. dalam pembicaraan tentang perwajahan akan di bahas :
1.      Kertas pola ukuran
2.      Penomoran

1.      Kertas pola ukuran
      Supaya setiap halaman ketikan tampak rapi, sebaiknya ketika Anda mengetik, gunakan kertas pola ukuran. Namun, jika Anda menggunakan computer, program-program tertentu harus dikuasi dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.
Buatlah garis-garis pembatas pada kertas pola ukuran itu dengan ukuran :
a.       Pias atas 4 cm
b.      Pias bawah 3 cm
c.       Pias kiri 4 cm, dan
d.      Pias kanan 2,5 cm
Pada halaman berikut dicantumkan format pola ukuran halaman ketikan.
      Dalam mengetik halaman judul, jika pola ukuran akan digunakan system pengetikan yang simetris, jarak bagian yang kosong kiri-kanan dan atas-bawah harus diatur.
        Bagian yang telah dikosongkan disebelah kanan kertas adalah 2,5 cm. Maksudnya, Anda harus mengetik naskah itu lurus. Namun, batas itu sekedar mengingatkan Anda agar pengetikan naskah sebelah kanan jangan terlalu ke tepi. Dalam kaitan ini, perhatikan kaidah penyukuan kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Tajuk “Prakata” atau “Ucapan Terima Kasih”, “Daftar Isi”, “Bab 1 Pendahuluan”,”Bab 2 Analisis”,”Uraian Masalah”,”Bab 3 Simpulan”,”Daftar Pustaka”,dan “Lampiran” harus dituliskan dengan huruf capital, terletak ditengah-tengah dan sekitar 7 cm dari pinggir atas kertas (seperempat) bagian kertas dikosongkan, serta tidak diberi tanda baca apa pun.
2.      Penomoran
a.       Angka yang Digunakan
Penomoran yang lazim digunakan dalam karangan ilmiah adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka Romawi kecil (i,ii,iii,iv,v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk prakarta, daftar isi, daftar table, daftar grafik(jika ada), daftar bagan(jika ada), daftar skema(jika ada), daftar singkatan, dan lambang. Angka besar Romawi (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan, tajuk bab analisis, dan tajuk bab simpulan. Angka Arab (1, 2, 3 4, 5) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama table, grafik, bagan, dan skema.

b.      Letak Penomoran
Halaman judul, daftar isi, daftar table, daftar grafik, daftar bagan, daftar skema, daftar singkatan dan lambang menggunakan angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat ditengah-tengah. Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka, indeks, dan lampiran menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat ditengah-tengah. Halaman-halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab yang diletakkan dibagian atas, tepat ditengah-tengah.

c.       Penomoran Anak Bab
Anak bab dan sub anak dinomori dengan angka Arab system digital. Angka terakhir dalam digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, ….). dalam hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka, sedangkan penomoran, selanjutnya menggunakan a, b, c, kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c) , dan seterusnya.

4.      PENYAJIAN
1.      Pengertian Hasil Studi Pustaka
Sebelum menulis karangan ilmiah, tentu Anda sudah memilih dan menentukan bahan bacaan yang membahas masalah yang akan Anda tulis atau sekurang-kurangnya berkaitan dengan masalah tersebut. Sumber bacaan itu dapat berupa buku yang sudah diterbitkan, naskah yang belum diterbitkan, tabloid, majalah, surat kabar, atau antologi.
Segala keterangan yang relevan dan mendukung karangan ilmiah yang akan digarap hendaknya dicatat pada kartu hasil studi pustaka. Keterangan itu dapat berupa rumus, definisi atau perincian yang berhubungan erat dengan pokok garapan dan dituliskan dalam kartu hasil studi pustaka, yang berukuran sekitar 14 x 10 cm2.
Di bawah pokok masalah, Anda mencantumkan data kepustakaan (pengarang, tahun terbit, judul buku, tempat terbit, nama penerbit, dan nomor halaman). Data kepustakaan ini akan Anda gunakan nanti pada waktu akan merujuknya. Di bawah data kepustakaan, Anda mengutip isi pernyataan atau keterangan yang Anda perlukan. Lihatlah contoh-contoh berikut.
            Cara pencatatannya adalah sebagai berikut.

 
                                                                                      pokok masalah
 

Sumber                                                                               10 cm
kepustakaan
 


                                                                         14 cm
                                   Isi pernyataan, rumus, atau definisi yang dikutip
            Kartu hasil studi yang berisi pernyataan dari buku
Text Box: Pengasapan Ikan
Moelyanto, B. 1968. Pengasapan dan Fermentasi Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya. (halaman 17)
 Selama pengasapan, selain akan menyerap banyak asap, ikan juga akan menjadi lebih kering sebab airnya menguap terus.

           


Text Box: Manfaat amoniak
Subandi, 1987. “Tehnologi Pupuk”. Dalam Tehnologi. 12  (Januari, II). No.2. Jakarta. (halaman 40).
Amoniak selain digunakan sebagai pembuat urea, juga merupakan barang komoditas yang dikirim ke luar negeri.
Kartu hasil studi yang berisi keterangan dari majalah




2.      Penampilan Kutipan
Penampilan kutipan, sebagai pertanggungjawaban moral penulis dalam hubungannya dengan kelaziman dalam karang-mengarang, mengikuti ketentuan-ketentuan berikut.
a.       Istilah-istilah seperti ibid, op cit, dan loc cit tidak perlu digunakan dalam karangan ilmiah.
b.       Jika nama pengarang dituliskan sebelum bunyi kutipan, ketentuannya sebagai berikut. Buatlah dahulu pengantar kalimat yang sesuai dengan keperluan, kemudian tulislah nama akhir pengarang, berikutnya cantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung, baru kutipan ditampilkan, baik dengan kalimat langsung maupun dengan kalimat tidak langsung.
Contoh :
Dalam hal pengasapan ini, Suhadi (1952:34) mengatakan, pengasapan ikan dengan menaikkan suhu semaksimal mungkin akan mendapatkan ikan yang lebih baik dan lebih enak rasanya. Selain itu, waktu juga bisa dihemat.

c.       Jika nama pengarang dicantumkan setelah bunyi kutipan, ketentuannya sebagai berikut. Buatlah dahulu pengantar kalimat yang sesuai dengan keperluan, tampilkan kutipan, kemudian sebutkan nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman didalam kurung, dan akhirnya diberi titik.
Contoh :
Lebih tegas lagi, dikatakan bahwa amoniak dikirimkan secara kontinu untuk memenuhi keperluan PT Petro Kimia Gresik dan diekspor ke Filiphina, India, Thailan, Korea Selatan, dan Jepang (Subandi, 1987:40).

d.      Ketentuan b) dan c) berlaku juga pada kutipan yang berasal dari suatu sumber yang pengarangnya dua orang.
Contoh :
Selanjutnya, Eman dan Fauzi (1970:18) mengatakan bahwa tenaga mesin itu dapat mengatasi sekian tenaga manusia. Oleh sebab itu, masalah ketenagakerjaan menjadi masalah yang serius pula.
Pilihan lain sebagai berikut.
Dalam bagian lain dikemukannya bahwa tenaga mesin itu dapat mengatasi sekian tenaga manusia. Oleh sebab itu, masalah ketenagakerjaan menjadi masalah yang serius pula(Eman dan Fauzi, 1970:18).
e.       Jika diperlukan lebih dari satu rujukan buku untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku tersebut membicarakan hal yang sama, penampilan kutipannya sebagai berikut.
Untuk menciptakan bentuk yang harmonis dan estetis diperlukan unsure-unsur yang menjadi penunjang bentuk-bentuk arsitektur (Ali, 1984:6; Gani, 1985:17; Wawan, 1986:54).
Lihatlah titik koma di antara sumber-sumber kutipan tersebut.
f.       Jika nama pengarang lebih dari dua orang, yang disebutkan hanya pengarang pertama dengan memberikan et al. atau dkk. (berarti dan kawan-kawan) dibelakang nama tersebut.
Contoh :
Jika dirumuskan bagaimana hubungan hubungan arsitektur dan arsitek, Sulardo dkk. (1982:10-11) mengatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan ilmu dan seni, sedangkan arsitek adalah orang yang menciptakan ruang sehingga melahirkan bentuk-bentuk arsitektur yang beraneka ragam.

g.      Jika kutipan hanya lima baris atau kurang dari lima baris, penampilannya seperti dicontohkan diatas, yaitu kutipan dicantumkan didalam teks dengan jarak dua spasi baik dengan kutipan langsung mauoun tidak langsung, sedangkan kutipan yang lebih dari lima baris dicantumkan dibawah teks dengan jarak satu spasi, dan menjorok sekitar lima pukulan mesin tik, baik disebalah kiri maupun disebelah kanan, tanpa diberi tanpa petik.
Perhatikan contoh berikut.
Ternyata, ular itu banyak sekali jenisnya serta memiliki cirri yang bermacam-macam, seperti dikatakan oleh Suhono (1985:43) sebagai berikut.
Di pulau Jawa dikenal 110 jenis ular, baik yang berbisa maupun tidak berbisa dengan taring di muka berjumlah 30 jenis, 18 jenis diantaranya terdiri atas ular-ular laut. Hingga kini didapatkan 12 jenis ular berbisa yang hidup didarat. Ke-12 jenis ular berbisa yang hidup di darat Pilau Jawa ini 4 jenis ular termasuk ke dalam keluarga viperidae dan 8 jenis ular termasuk ke dalam keluarga elapidae. Ular-ular lainnya (80 jenis) termasuk ular-ular yang tidak berbisa.

3.      Pengintegrasian Kutipan ke dalam Teks
Jika kutipan dari kartu hasil studi pustaka akan ditampilkan dalam satu paragraph, usahakan agar koherensi paragrap tetep utuh dan tidak lagi timbul kesan, kutipan itu muncul tiba-tiba yang tidak ada relevansinya dengan pembicaraan dalam paragraph yang bersangkutan. Contoh pengintegrasian kutipan berikut terhadap teks cukup memadai.
Amoniak selain digunakan sebagai bahan pembuat urea, juga merupakan barang komoditas yang sampai saat ini merupakan barang komoditas dalam negeri dan komoditas ekspor seperti dikatakan oleh Subandi (1987:40),”Amoniak dikirimkan secara kontinu untuk memenuhi keperluan PT Petro Kimia Gresik dan diekspor ke Filiphina, India, Thailan, Korea Selatan, dan Jepang”.
4.      Catatan Kaki
Catatan kaki adalah suatu keterangan tambahan tentang istilah atau ungkapan yang tercantum dalam naskah. Bagian yang akan di terangkan itu diberi nomor 1, 2, 3, dst. Nomor itu dinaikkan setengah spasi tanpa jarak ketukan.
Catatan kaki diletakkan dibagian bawah halaman dengan dibatasi oleh garis sepanjang sepuluh pukulan dari pias kiri jarak dari garis pembatas ke catatan kaki dua spasi. Nomor catatan dinaikkan setengah spasi didepan penjelasannya dan diberi kurung tutup.
Perhatikan contoh catatan kaki yang lain.
Lebih tegas diingatkan bahwa pembuat poster hendaknya menjauhi penulisan poster yang kedengarannya muluk dan sedap, tetapi penalarannya tidak tepat dan maknanya tidak didukung oleh bentuk yang ada.
B.     Syarat-syarat Naskah Ilmiah
Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian karangan. Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis.
Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.
Unsur-unsur dalam Penulisan Sebuah Karangan:
A.     Bagian Pelengkap Pendahuluan
a.       Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b.      Halaman Judul
c.       Halaman Persembahan (kalau ada)
d.      Halaman Pengesahan (kalau ada)
e.       Kata Pengantar
f.        Daftar Isi
g.       Daftar Gambar (kalau ada)
h.       Daftar Tabel (kalau ada)
B.     Bagian Isi Karangan
a.       Pendahuluan
b.      Tubuh Karangan
c.       Kesimpulan
C.     Bagian Pelengkap Penutup
a.      Daftar Pustaka (Bibliografi)
b.      Lampiran (Apendix)
c.      Indeks
d.      Riwayat Hidup Penulis
Keterangan :
A.     Bagian Pelengkap Pendahuluan
Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.
a.       Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul
Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai.
Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun), kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas), nama kota, dan tahun penulisan.
Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
·         Judul menggambarkan kesulurahan isi karangan.
·         Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya
·         Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
·         Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, kelengkapan identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
·         Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:
·         Judul diketik dengan huruf  kapita
·         Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat
·         Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM), misalnya:
·         Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas, nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital.
Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan    formal:
·         Komposisi tidak menarik.
·         Tidak estetik.
·         Hiasan gambar tidak relevan.
·         Variasi huruf jenis huruf.
·         Kata “ditulis (disusun) oleh.”
·         Kata “NIM/NRP.”
·         Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.
·         Kata-kata yang berisi slogan.
·         Ungkapan emosional.
·         Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.
b.      Halaman Persembahan
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja.Maka persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.
c.   Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
·         Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
·         Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
·         Tulisan melampaui garis tepi.
·         Menulis nama tidak lengkap.
·         Menggunakan huruf yang tidak standar.
·         Tidak mencantumkan gelar akademis. 
d.   Kata Pengantar
Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata pengantar.
Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:
·         Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·         Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
·         Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
·         Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
·         Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga yang membantu.
·         Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
·         Harapan penulis atas karangan tersebut.
·         Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
·         Menguraikan isi karangan.
·         Mengungkapkan perasaan berlebihan.
·         Menyalahi kaidah bahasa.
·         Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
·         Kurang meyakinkan.
·         Kata pengantar terlalu panjang.
·         Menulis kata pengantar semacam sambutan.
·         Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.
e.   Daftar Isi
Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.
B.     Bagian Isi Karangan
Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri.
a.    Pendahuluan
Tujuan utama pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan. Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan dibahas dalam bab kedua sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1.      Latar belakang masalah, menyajikan:
·      Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
·      Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan sistem kerja yang akan datang.
·      Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.
·      Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya: bagaimana...., mengapa.....Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya atau tidak.
2.      Tujuan penulisan berisi:
·      Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai
·      Upaya pokok yang harus dilakukan
3.      Ruang lingkup masalah berisi
·      Pembatasan masalah yang akan dibahas.
·      Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
·      Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variabel.
4.      Landasan teori menyajikan:
·      Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
·      Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.
5.      Sumber data penulisan berisi:
·      Sumber data sekunder dan data primer.
·      Kriteria penentuan jumlah data.
·      Kriteria penentuan mutu data.
·      Kriteria penentuan sample.
·      Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
6.      Metode dan teknik penulisan berisi:
·      Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
·      Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.
7.      Sistematika penulisan berisi:
·      Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan.
·      Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).
b.   Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang    akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:
1)      Ketuntasan materi
2)      Kejelasan uraian/deskripsi:Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
·      Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain.
·      Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul.
c.    Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
·         Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
·         Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.
C.     Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.
a.          Daftar pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftra pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
·      Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
·      Tahun terbit.
·      Judul buku: penulisannya bercetak miring.
·      Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit.
·      Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit..
b.         Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian. 
c.          Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.
d.         Riwayat Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.Bottom of Form



BAB IV
METODELOGI PENULISAN KARYA ILMIAH
A.    Metodologi Penulisan Karya Ilmiah
Suatu karya dapat disebut sebagai karya ilmiah jika ia memenuhi beberapa syarat, yaitu ia harus kreatif dan obyektif, logis dan sistematis dan menggunakan suatu cara atau metode tertentu. Obyektif artinya tulisan tersebut bebas dari pendapat pribadi, emosi, atau lain hal yang sifatnya subyektif. Tulisan tersebut harus didasarkan kepada fakta, data atau informasi yang akurat, dan jikapun terdapat pendapat maka ia harus didasarkan kepada argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kreatif artinya tulisan berisi gagasan yang kreatif untuk memecahkan masalah yang berkembang dan bersifat asli dan jauh dari duplikasi. Sistematis artinya tulisan ilmiah mengikuti suatu alur pikir yang runut dan konsisten. Tulisan ilmiah itu juga menggunakan suatu metode baku, yang dapat diuji dan diulang kembali oleh penulis/peneliti lain.
1.      Materi Penulisan
Materi tulisan karya hasil telaah pustaka antara lain dapat berupa hardcopy seperti buku, jurnal, majalah, dll. Bila diperlukan sebutkan secara lengkap spesifikasi sumber bacaan. Baca sumber bacaan secara ringkas dan efisien. Pertama-tama baca judul. Jika judul tulisan sesuai dengan apa yang dibutuhkan barulah baca abstrak. Jika telah mendapat informasi yang cukup dengan membaca abstrak maka tidak perlu membaca isi tulisan seluruhnya. Jika memang memerlukan informasi lebih lanjut barulah membaca bagian-bagian lain yang dinilai penting dan dibutuhkan. Jadi tidak perlu semua isi tulisan dibaca. Ambil yang dibutuhkan. Dengan cara ini tidak banyak membuang waktu. Materi tulisan tersebut dapat pula berasal dari sumber primer, sekunder atau bahkan tersier. Untuk tulisan ilmiah dianjurkan untuk mengacu kepada sumber primer seperti jurnal ilmiah.
Beberapa keuntungan sumber primer antara lain adalah:
a) merupakan sumber bacaan termutakhir,
b) dapat menarik intisari lebih akurat.
2.      Metode Penulisan
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah hasil telaah pustaka yaitu:
a. Inventarisasi ide atau gagasan.
Sebuah ide seringkali muncul tanpa terduga-duga. Oleh karena itu, mungkin sekali kita sering mengabaikannya. Sebagian besar ide yang tercetus yang tidak didokumentasikan akan menguap entah kemana. Ini sangat tidak efisien. Sebab, mungkin sekali ketika kita berniat menulis sesuatu mengalami kesulitan dalam mendapatkan ide. Padahal, mungkin sekali ide atau gagasan tersebut telah pernah terlintas dalam pikiran kita. Coba jika saat itu pula mencatatnya, pastilah tidak akan kesulitan mendapatkan ide. Sebuah ide dapat dimunculkan melalui berbagai jalan antara lain dengan imajinasi, membaca, komunikasi pribadi dengan para ahli, focus group discussion, menghadiri seminar, atau cara-cara lain yang lebih spektrakuler seperti mimpi.
b. Memilih ide atau gagasan 
Tidak semua ide dapat ditulis. Banyak alasan untuk itu. Mungkin ide itu kurang hangat atau kurang menarik. Mungkin juga hangat dan menarik tetapi kita tidak mampu menulisnya. Atau sejumlah alasan lainnya. Oleh sebab itu, ide-ide yang tertuang dalam buku ide dapat kita pilih. Lalu apakah ide yang tidak dipilih kita buang? Tentu saja tidak. Simpan saja. Mungkin sewaktu-waktu kita membutuhkannya.
c. Ubah ide menjadi topik dan judul tulisan.
Ide terpilih itulah yang kemudian dijadikan topik tulisan. Ada beberapa syarat agar topik tulisan benar-benar dapat diangkat menjadi sebuah tulisan yang menarik, yaitu:
a) pertimbangkan apakah topik tersebut menarik baik bagi diri sendiri maupun      pembaca?
b) apakah kita yakin mampu menulisnya?
c) cukupkah sumber bacaan dari topik yang dipilih?
Ketiga pertanyaan tersebut harus terjawab sebelum mulai menulis. Buatlah topik secara garis besar, sebagai pedoman untuk membuat kerangka tulisan. Topik dapat langsung menjadi judul, atau dapat pula dari topik anda turunkan sebuah judul sementara.
d. Buat rancangan tulisan.
Setelah kita menentukan topik tulisan, sebaiknya membuat kerangka tulisan. Kerangka ini berguna sebagai pedoman agar tidak menulis sesuatu yang diluar topik tulisan. Sesuaikan kerangka dengan judul atau topik yang dipilih. Di bagian ini kita dapat merancang bagaimana sumber-sumber bacaan nantinya dikumpulkan dan disusun. Hal ini perlu diperhatikan agar mempunyai pedoman ketika menyusun tulisan ilmiah. Dengan cara ini akan menulis sebuah karya secara efisien dan efektif.
e. Berdasarkan kerangka tulisan, himpun sumber bacaan yang sesuai.
Langkah selanjutnya adalah mencari bahan bacaan yang sesuai dengan topik tulisan yang telah dirangkum dalam bentuk kerangka tulisan. Baca sumber bacaan secara efisien agar tidak banyak kehilangan waktu hanya membaca bahan bacaan yang sebenarnya kurang begitu diperlukan.
f. Buat intisari-intisari sumber bacaan yang dapat berupa fakta, data atau informasi.
Sumber-sumber bacaan yang diperoleh, kemudian dibuat intisarinya, dan ditulis kembali dengan kalimat sendiri. Hindari sejauh mungkin hanya memindahkan kalimat orang ke dalam tulisan kita. Ini akan sangat merugikan diri sendiri. Sebab, dengan cara itu kita kehilangan kesempatan untuk berlatih membuat kalimat atau alinea dalam suatu tulisan yang utuh. Akibatnya, kreatifitas menjadi terganggu, yang pada akhirnya tidak akan mampu menghasilkan karya ilmiah yang baik. Disinilah kita dapat menyusun data, fakta atau informasi baru yang kita intisarikan dari bahan bacaan. Data dapat disajikan dalam bentuk tabel, gambar, ilustrasi, teks atau kombinasinya.
g. Susun intisari-intisari ke dalam sub judul yang sesuai pada kerangka tulisan.
Intisari-intisari yang telah dibuat disusun ke dalam sub-sub judul yang sesuai dalam kerangka tulisan. Intisari tersebut dirangkai sehingga kalimat yang satu saling berkesinambungan. Demikian pula antar alinea harus sinambung. Tempatkan tabel, gambar atau ilustrasi ke dalam sub-sub judul yang sesuai. Jika mengalami kesulitan dalam memasukkan data ke dalam sub-sub judul, dapat menempatkannya sementara di sub judul yang dinilai paling mendekati.
h. Pengolahan data, fakta atau informasi.
Pada tahapan ini kita menganalisis intisari yang berupa data, fakta atau informasi. Data dapat dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif, bergantung kepada data, fakta atau informasi yang diperoleh.
Atau dapat pula bergantung kepada tujuan dari karya kita. Tafsirkan tulisan secara seimbang dan sesuai fakta yang disajikan. Artinya harus menganalisis secara obyektif, bebas dari kepentingan diri sendiri alias subyektif. Tafsir dari suatu data mungkin sekali akan berbeda antar satu ilmuwan dengan ilmuwan lainnya. Hasil analisis data tersebut dijelaskan secara singkat, padat dan akurat pada bagian analisis dan sintesis.
i. Metode analisis dan sintesis.
Pada bagian analisis dapat menguraikan permasalahan yang ditemukan. Cara untuk menganalisis permasalahan dalam sumber bacaan harus ditulis secara singkat dan padat dalam bagian metode penulisan ini. Pada bagian sintesis dapat mengemukakan ide atau gagasan baru untuk memecahkan masalah yang ditemukan. Disini kita dapat secara luas memberikan komentar, membahas, atau bentuk lainnya secara argumentatif. Hasil sintesis ini pada dasarnya adalah berupa data, fakta atau informasi, atau ide baru, yang belum pernah ditulis oleh penulis lainnya. Pada bagian ini dapat menggunakan pola pikir induktif, deduktif atau kedua-duanya. Mana yang lebih tepat? Bergantung kepada data, fakta atau informasi yang diperoleh.
j. Hasil analisis dan sintesis tersebut disimpulkan yang dapat berupa fakta, data atau informasi, konsep, temuan, ide, gagasan, hipotesis dll, yang berbeda dengan intisari-intisari yang ada di sumber bacaan.
Hasil analisis dan sintesis ini bisa jadi merupakan sumber hipotesis yang masih memerlukan pembuktian, atau sesuatu yang tidak memerlukan pembuktian karena memang kebenarannya tidak perlu lagi pembuktian. Cara menyimpulkan karya perlu dijelaskan secara singkat, tepat dan padat pada bagian metode penulisan ini.
B.     Unsur-Unsur Karangan Ilmiah
1.      Judul.
Judul adalah suatu kalimat singkat dan padat yang menggambarkan isi suatu ulasan/karya ilmiah. Cara Pemilihan Judul Karya Ilmiah :
a)   Singkat, jelas dan berbobot
Usahakan jumlahnya tidak lebih dari 25 kata. Judul penelitian harus singkat karena menggambar efektivitas dan efisiensi. Judul jangan terlalu panjang karena membingungkan, dan membuat orang berfikir panjang tentang apa fokus penelitiannya.
b)   Harus sesuai dengan topik penelitian
Judul yang baik harus merupakan perwujudan dari topik penelitian. Pembaca akan dapat mengetahui atau membayangkan isi dari penelitian, teori yang digunakan, metodologi yang dipakai.
c)   Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku
Judul penelitian berbeda dengan judul-judul koran atau headline suatu majalah yang begitu bombastis dan provokatif agar laku dijual. Judul juga tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku seperti norma agama, sosial, budaya, dan etika, misalnya adanya unsur penghinaan terhadap kelompok, agama atau Nabi tertentu. Judul yang mengandung kata yang tidak sopan juga dilarang.
d)  Tidak provokatif
Judul penelitian haruslah netral dan hanya merupakan dugaan, yang kemudian diteliti dengan menjunjung tinggi nilai ilmiah yang tinggi dan tidak memihak atau mengarahkan pembaca.
e)   Bukan merupakan kalimat Tanya
Bila menggunakan kalimat tanya ini adalah judul yang tidak lazim, sangat jarang ditemui karena ini dapat menggambar keraguan dari peneliti. Misalnya Judul “Analisis pengaruh cover majalah terhadap minat baca?” perhatikan tanda tanya menunjukkan keraguan.
2.      Daftar Isi
Daftar isi mempunyai fungsi penting dalam karya ilmiah untuk mempermudah pembaca dalam menelusuri informasi yang tercakup dalam sebuah karya ilmiah. Secara umum daftar isi mempunyai bentuk yang relatif sama dalam berbagai karya ilmiah dan buku-buku, yaitu terdiri dari judul dan nomor halaman. Daftar isi biasanya dibuat setelah penulis menyelesaikan karya ilmiahnya.
3.      Pendahuluan
Pendahuluan terdari dari :
a.       Latar Belakang Masalah
Membahas secara singkat mengenai latar belakang ketertarikan penulis dalam mengangkat tema atau judul, dan sekilas informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
b.      Identifikasi Masalah
Berisi mengenai masalah-masalah yang ada pada topik yang akan dibahas.
c.       Rumusan Masalah
Berisi tentang masalah-masalah yang dihadapi saat ini secara khusus (merupakan penjabaran masalah yang ada dalam identifikasi masalah)
d.      Tujuan Penelitian
Membicarakan mengenai tujuan dan harapan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian mengenai topik yang akan diteliti.
e.       Metode Penelitian
Berisi mengenai cara memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan, apakah dengan cara wawancara, observasi lapangan, atau studipustaka.

4.      Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan memberikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Isi dari Tinjauan Pustaka memuat antara lain seperti :
1.         Kerangka teori yang digunakan meliputi anggapan-anggapan dasar, rumus-rumus, dan cara-cara perhitungan yang akan menunjang pengolahan data dan diskusi.
2.         Hasil-hasil penelitian terhadap masalah serupa yang telah diteliti.
3.         Teori-teori yang dipakai atau dipetik dari literatur-literatur lain yang bersifat kritis harus mempunyai kaitan erat dengan permasalahan yang ditinjau dan yang akan terpakai untuk pengolahan data dan pembahasan.

5.      Pembahasan
Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori.

6.      Simpulan dan Saran
Simpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Simpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan.
7.      Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis.
8.      Lampiran
Lampiran dapat berupa tabel, gambar, peta, bagan, instrumen penelitian, seperti kuesioner atau daftar checklist untuk observasi, dan bentuk lain yang terkait dengan penjelasan yang telah dipaparkan dalam bagian inti laporan.
9.      Indeks 
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang terdapat pada laporan. Penulisan indeks harus berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah yang akan dituliskan. Penulisan Indeks ditujukan agar pembaca dapat dengan cepat mencari istilah atau kata-kata khusus yang terdapat dalam laporan tersebut.


BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
A.          Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang signifikan dengan penelitian yang sedang (akan) kita lakukan. Anggapan beberapa orang bahwa tinjauan pustaka merupakan ringkasan adalah tidak benar. Walaupun kita harus meringkas penelitian yang relevan, adalah sangat penting bahwa kita juga melakukan evaluasi terhadap karya tersebut, memperlihatkan hubungannya dengan karya-karya lain, dan memperlihatkan bagaiamana karya tersebut terkait dengan penelitian kita. Dengan kata lain, kita tidak dapat hanya memberikan deskripsi sederhana, misalnya: suatu artikel: kita perlu memilih bagian mana dari penelitian untuk dibahas (misalnya metodologi), memperlihatkan bahaimana hal tersebut berhubungan dengan karya lain. Harus diingat bahwa tinjauan pustaka sebaiknya menyediakan konteks bagi penelitian kita dengan melihat pada karya apa yang telah dikerjakan dalam bidang penelitian kita.
Tinjauan pustaka harus menguraikan perkembangan teoritis dari awal pemunculan sebuah teori hingga perkembagannya terkini (pada masa sekarang), dan diberikan apresiasi berupa kekurangan dan kelebihan, serta relevansinya dengan topik penelitian yang diteliti. Dalam tinjauan harus ada unsur definisi dan dimensi/indikator. Tip dalam mempermudah mendapatkan bahan-bahan yang relevan dan terpilih adalah sebagai berikut :
·Cari jurnal ilmiah yang variabelnya sama dengan variabel yang akan digunakan dalam proposal penelitian, disitu akan menemukan teori-teori yang relevan dan terpilih.
·Baca tesis atau disertasi yang variabelnya sama dengan variabel yang akan diteliti dalam proposal penelitian, disistu akan memperoleh bahan-bahan yang berharga dan relevan.
·Beri tanda khusus pada bagian-bagian dari jurnal, tesis atau disertasi yang akan dikutip dengan tidak lupa mencatat sumber aslinya.
·Seleksi bahan-bahan yang diperoleh lalu himpun per variabel, bagian, sub-bagian dan seterusnya hingga bagian terkecil.
·Gunakan bahan-bahan tersebut sesuai kebutuhan, urutan, dan prioritas penggunaannya.
Contoh tinjauan pustaka adalah sebagai berikut:
        Alan W. Black dan Kevin A Lenzo dari universitas Carnegie Mellon (Black, 2006), pada tulisannya yang berjudul Multilingual Text To Speech System membahas tentang suatu framework Text To Speech yang dapat menggunakan berbagai macam bahasa (dengan catatan bahasa-bahasa tersebut memiliki aturan-aturan yang berbeda satu sama lain). Selain itu, Allan W Black (universitas Carnegie Mellon) dan Kishore Prahallad (International Institute of Technology, Hyderabad) (Prahallad, 2005) dalam jurnalnya yang berjudul A Text To Speech Interface For Universal Digital Library, menyebutkan tentang fungsi Text To Speech sebagai interface dari sebuah perpustakaan digital yang menggunakan bahasa India dengan bermacam-macam dialek (Assamese, Tamil, Malayalam, Gujarati, Telugu, Oriya, Urdu, dan sebagainya). Arry Akhmad Arman, (Arman, 2004) dari Departemen Teknik Elekro Institut Teknologi Bandung dalam tulisannya Konversi Dari Teks Ke Ucapan melakukan penelitian tentang konversi dari teks ke ucapan. Pada penelitian tersebut dibahas tentang bagian-bagian dari sistem Text To Speech secara keseluruhan. Pada hasil tulisan Arry yang berjudul Teknologi Pemrosesan Bahasa Alami Sebagai Teknologi Kunci untuk meningkatkan Cara Interaksi Antara Manusia Dengan Mesin juga dibahas keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari sebuah sistem text to speech.
B.           Peranan Kajian Pustaka
Kajian kepustakaan merupakan suatu tahapan penting dalam aktifitas penelitian karena dalam kajian kepustakaanlah rancanga atau arah penelitian akan menjadi lebih jelas. Kajian kepustakaan mengacu kepada kajian terhadap teori-teori yang akan mendasari sebuah penelitian, baik teori-teori yang tertuang dalam hasil penelitian dari penelitian sebelumnya. Yang jelas, kajian kepustakaan merupakan usaha mencari informasi ilmiah yang relevan dengan topic yang ingin diteliti.
Menurut Gay (1987: 82), kajian kepustakaan harus menyajikan referensi pertama dan referensi terbaru yang relevan, sebelum membuat pernyataan tentang hipotesis. Gay menambahkan bahwa kajian kepustakaan akan membentuk kerangka berfikir yang bersifat tentative sehingga hipotesis penelitian dapat dibentuk dari kajian teori tersebut. Oleh sebab itu, frase kajian kepustakaan meliputi kesimpulan bacaan atau hasil analisis (teori atau informasi yang relevan dan signifikan dengan penelitian yang akan dilakukan), sintesis dan implikasinya.
Seorang peneliti harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab dengan hasil penelitiannya. Oleh sebab itu, peneliti akan memulai penelitiannya dengan cara menggali apa-apa yang sudah dikemukakan dan diteliti oleh para pakar atau ilmuan (yang relevan dengan bidang penelitiannya) terdahulu. Biasanya, hasil penelitian ini dilaporkan atau disajikan dalam jurnal-jurnal penelitian. Melalui jurnal-jurnal penelitian inilah, peneliti mempelajari berbagai informasi.
Cara mempelajari temuan-temuan penelitian itu, menurut Arikunto (1990: 75) disebut dengan kajian kepustakaan. Maksudnya, kajian kepustakaan merupakan suatu kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan ilmiah. Frase pengetahuan disini merujuk kepada teori dan informasi yang mendukung aktifitas penelitian.
Kajian pustaka dan kerangka teori merupakan kerangka acuhan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian tindakan kelas. Dasar-dasar usulan penelitian tindakan kelas tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tindakan kelas. Ary (1983 ) mengatakan bahwa sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar pendukung pilihan.Dalam pembahasan kajian pustaka dan kerangka teori perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian tindakan kelas perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih. Kajian teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam pengembangan juga dikemukakan.
Kajian pustaka dan kerangka teori dipaparkan dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat.
C.    HIPOTESIS
1.         Pengertian Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial. Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
1.      Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2.      Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3.      Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
2.         Hipotesis dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis.Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis.Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
3.         Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
·      Untuk menguji teori,
·      Mendorong munculnya teori,
·      Menerangkan fenomena sosial,
·      Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
·      Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan
4.         Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitiaN. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
a)      Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
b)      Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
c)      Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
d)     Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
e)      Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
f)       Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
g)      Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
5.         Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
a)      Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
b)      Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
c)      Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
d)     Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
e)      Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
f)       Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
6.      HUBUNGAN HIPOTESIS DAN TEORI
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.[12] Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).
Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.

BAB VI
KAJIAN KEPUSTAKAAN

1.            Mengorganisir Kajian Kepustakaan.
Dalam hal organisasi kajian pustaka, Castetter dan Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi: (1). pendahuluan, (2)
pembahasan, dan (3) kesimpulan. Dalam bagian pendahuluan, biasanya ditunjukan peninjauan dan kriterian penetapan pustaka yang akan ditinjau (dapat diungkapkan dengan sederetann pertanyaan keinginan–tahu). Pada bagian pendahuluan ini pula dijelaskan tentang organisasi tinjauan pustaka, yaitu pengelompokan secara sistematis dengan menggunakan judul dan sub-judul pembahasan; umumnya, pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasar perioda (waktu, kronologis). Contoh “bagian pendahuluan” dari suatu tinjauan pustaka sebagai berikut:

Contoh 1:
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi lima kelompok pembahasan. Pembahasan pertama merupakan tinjauan singkat tentang sistem permodelan transportasi kota, sebagai pengantar atau pengenalan tentang penyebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan. Pembahasan kedua berkaitan
dengan pengetahuan penyebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan (trip assignment) itu sendiri, dan pembahasan kelompok ketiga menyangkut tinjauan kronologis pengembangan paket-paket program komputer untuk perhitungan sebaran beban lalulintas. Pembahasan keempat bersangkut–paut dengan kritik terhadap paket-paket komputer dalam bidang sistem permodelan transportasi kota yang ada; sedangkan pembahasan kelima memfokuskan pada interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai. (Sumber: Djunaedi, 1988)

Contoh 2:
….tinjauan pustaka ini dirancang untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Seperti apakah proses perencanaan kota komprehensif itu?
2) Bagian mana saja dari proses tersebut yang terstruktur dan bagian mana saja yang tidak terstruktur?
3) Sejauh mana bagian-bagian proses tersebut sampai saat ini telah terkomputerkan?
4) Siapa saja atau pihak mana yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
5) Seperti apakah produk akhir dari proses perencanaan tersebut?
(Sumber: Djunaedi, 1986: hal. 9)

Bagian kedua, pembahasan, disusun sesuai organisasi yang telah ditetapkan dalam bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu dipertimbangkan keterbatasan bahwa tidak mungkkin (tepatnya: tidak perlu) semua pustaka dibahas dengan kerincian yang sama; ada pustaka yang lebih penting dan perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka lainnya. Dalam hal ada kemiripan isi, perincian dapat diterapkan pada salah satu pustaka; sedangkan pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci. Misal :
Komponen Sistem Penunjang Pembuatan Keputusan, seperti dijelaskan oleh Mittra (1986), meliputi empat modul: pengendali, penyimpan data, pengolah data, dan pembuat model. Penjelasan serupa diberikan pula oleh Sprague dan Carlson (1982), dan Bonczek et al. (1981).
Sebagai peninjauan yang bersistem, disamping menuruti organisasi yang telah ditetapkan, dalam pembahasan secara rinci perlu ditunjukkan keterkaitan satu pustaka dengan pustaka lainnya. Bukan hanya menyebut “Si A menjelaskan bahwa . . . . . . Si B menerangkan . . . . . . Si Z memerinci . . . . . . “; tapi perlu dijelaskan keterkaitannya, misal “Si B menerangkan bahwa . . . . . . sebaliknya si G membantah hal tersebut dan menyatakan bahwa . . . . . . Bantahan serupa muncul dari berbagai pihak, misalnya diungkapkan oleh si W, si S dan si Y. Ketiga penulis terakhir ini bahkan menyatakan bahwa . . . . . . Tinjauan Pustaka diakhiri dengan kesimpulan atau ringkasan yang menjelaskan tentang “apa arti semua tinjauan pustaka tersebut (what does it all mean?)”. Secara rinci, kesimpulan atau ringkasan tersebut hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan berikut ini, tentang:
(a) status saat ini, mengenai pengetahuann yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah tuntas terjawab?);
(b) penelitian-penelitian terdahulu yang dengan permasalahan yang dihadapi (adakah sesuatu dan apakah yang dapat dimanfaatkan?);
(c) kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat dipercayai sebagian saja?);
(d) kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks ilmu pengetahuan yang ada.

Contoh bagian ringkasan dari tinjauan pustaka:
Isi tinjauan pustaka di atas dapat diringkas sebagai berikut:
(1) Telah tersedia pengetahuan tentang teknik perhitungan sebaran beban lalulinas ke ruas-ruas jalan.
(2) Teknik tersebut telah diwujudkan dalam suatu bagian dari program komputer berskala besar sampai menengah, yang dijalankan denngan komputer besar (main–frame).
(3) Dibutuhkan penerapan teknik tersebut pada komputer mikro mengingat komputer mikro telah tersebar luas di Indonesia.
(4) Untuk pembuatan program simulator ini perlu dipertimbangkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan menyangkut interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai yang bukan pemrogram, terutama dalam bentuk dialog, keterlibatan pemakai, dan keterbatasan waktu
dalam diri pemakai.(Sumber: Djunaedi, 1988)

2.            Kaitan Kajian Pustaka dengan Daftar Pustaka
Di bagian awal tulisan in telah disebutkan bahwa sering terdapat penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka. Misal: “Tentang hal A dibahas oleh si H dalam buku . . . . . . , si B dalam buku . . . . . . ; sedangkan tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku . . . . . . “. Peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh masingmasing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis). Penyebutan judul buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara peninjauan seperti itu tidak disarankan. Pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara yang bermacam-macam, antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan nama pengarang dan tahun saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan; tapi peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar lingkup tulisan ini. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara penulisan nama akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah dengan nomor halaman).
Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dah Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi: (1) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan.
Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat dengan cara penulisan daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya. Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam tinjauan pustaka:
“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”
Dalam daftar pustaka, tertulis:
Mittra, S. S., 1996, Decision Support System: Tools and Techniques, John
Wiley & Sons, New York, N. Y.
Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu terjadi. Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk pengacuan dalam tinjauan pustaka (dan daftar pustaka)—dikutip dari petunjuk yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana UGM (1997: hal. 16-17):
a)      Penulisan Nama
Penulisan nama mencakup narna penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dan satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
1. Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang tulisannya diacu dalam uraian hanya disebutkan nama akhimya saja, dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan dlikuti dengan dkk atau et al:
a. Menurut Calvin (1978) ....
b. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan..
c. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976) ...
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumlah 4 orang, yaitu Meisel, S.L., McCullough, J.P.,
Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B.
            2. Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan tidak boleh hanya penulis pertama diambah dkk atau et al. saja.
Contoh:
Meisei, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1 976, ....
Tidak boleh hanya:
Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et al.
3. Nama ponulis lebih dari satu sutu kata
Jika nama penulis ierdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya ialah narna akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya diberi titik, atau nama akhir dilkuti dengan suku kata nama depan, tengah, dan seterusnya.
Contoh:
a. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan Takdir.
b. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
4. Nama dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di antara dua suku katanya, rraka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.
5. Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu dengan suku kata yang ada di depannya.
Contoh:
a. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
b. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D.
6 . Derajat kesarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan.
Di bawah ini adalah salah satu contoh format daftar pustaka—dikutip dari petunjuk yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana UGM (1997: hal. 26):
Anderson, T.F. 1951. Techniques for the Preservation of Three Dimensional Structure in Preparing Specimens for the Electron Microscope. Trans. N.Y. Acad. Sci. 13: 130- 134.
Andrew, Jr., H.N. 1961. Studies in-Paleabotany. John Wiley & Sons, Inc., New York. Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976. Botanical Microtechnique and Cytochemistry. The lowa State University Press, Ames. Iowa. Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar, 1981. The Embryology of Angiosperms. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Cronquist, A. 1973. Basic Botany. Warper & Row Publisher,New York. Cutler, D.F., 1978. Applied P/ant Anatomy. Longman, London. Dawes. C.J. 1971. Bio/ogica/ Techniques in E/ectron Microscopy. Barnes & Nob/e, /nc., New York.
Dv Praw, E.J. 1972. The Bioscience: Cel/ and Mo/ecu/ar Bio/ogy. Cell and Molecular Biology Council,
Standford, Califomia.
Bohlin, P. 1968. Use of the Scanning Reflection Electron Microscope in the Study of Plant and Microbial
Material. J. Roy. Microscop. Soc. 88: 407 - 418.
Erdtman, G. 1952. Po/len Morpho/ogy and P/ant Taxonomy. Almquist & Wiksell, Stockholm – The Chronica Botanica Co., Waltham, Mass.
Esau, K. 1965. P/ant Anatomy. JohnWiley & Sons. Inc., New York. Esau, K. 1977. Anatomy of Seed P/ants. JohnWiley 8 Sons. New York.
Faegri, K. and J. Iversen.- 1975. Texbook of Po/len Ana/ysis. Hainer Press, New York.
BAB VII
MACAM-MACAM KARYA ILMIAH

A.    JURNAL
Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal berarti terbitan berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.
B.     SKRIPSI
Skripsi adalah karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan mengakhiri studi S-1 dan mencapai gelar sarjana. Skripsi berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu yang ditempuh mahasiswa selama berkuliah S-1. Isinya berupa penelitian lapangan atau penelitian pustaka, penelitian berbentuk kualitatif atau penelitian kuantitatif dengan sistematika ilmiah yang harus ditaati secara ketat. Tujuan penulisan skripsi adalah melatih mahasiswa menerapkan penegtahuannya melalui pemecahan masalah yang berkenaan dengan bidang studi. Penguasaan mahasiswa terhadap skripsi yang ditulisnya merupakan materi utama ujian skripsi. Skripsi memiliki bobot 6 SKS.
C.    TESIS
Tesis adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh  ujian  S-2 dan mencapai gelar magister. Landasan teori yang lebih kuat dan pembahasan yang lebih mendalam daripada skripsi merupakan syarat mutlak dalam penulisan tesis. Landasan teori dan pembahasan yang lebih kuat dan mendalam daripada skripsi harus dilengakapi pula dengan wawasan ilmiah yang diwujudkan dalam penalaran jawaban saat mahasiswa menempuh ujian tesis.
D.    KARYA TULIS ILMIAH POPULER
Karya tulis ilmiah populer adalah karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum yang mudah dipahami oleh masyarakat awam dan layout yang menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk membacanya atau  pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik dan mudah dipahami.

E.     DISERTASI
Disertasi adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk mencpai derajat akademis doktor (S-3). Kemandirian penulisan disertasi sangat menonjol kartena ujian doktor bermaksud menguji pendirian ilmiah mahasiswa terhadap sanggahan penguji atas dalil-dalil yang disampaikannya pada saat ujian doktor. Adapun beberapa karakteristik disertasi diantaranya berfokus pada kajian mengenai salah satu disiplin Ilmu Pendidikan sesuai dengan bidang yang dipelajari. Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang dikaji secara mendalam. Mengunakan data primer sebagai data utama, ditunjang oleh data sekunder apabila diperlukan. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program studi bahasa asing.
Skripsi, tesis dan disertasi biasanya memiliki beberapa kesamaan dalam sistematika penulisannya, baik pada penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif. Perbedaan yang mencolok biasanya terletak pada objek dan metode penelitiannya.
                        Proposal penelitian harus dibedakan pula antara proposal penelitian kuantitatif dan proposal penelitian kualitatif.
Proposal penelitian kuantitatif terdiri dari:
a.       Judul
b.      Daftar Isi
c.       Pendahuluan, yang terdiri dari:
1)      Latar Belakang masalah
2)      Identifikasi Masalah
3)      Pembatasan Masalah
4)      Perumusan Masalah
5)      Tujuan Penelitian
6)      Manfaat Penelitian
d.      Landasan Teoritis, terdiri atas:
1)      Tinjauan Pustaka
2)      Hasil Penelitian yang Relevan
3)      Kerangka Pemikiran
4)      Hipotesis (jika ada)
e.       Metodologi Penelitian, terdiri dari:
1)      Tempat dan Waktu Penelitian
2)      Metode Penelitian
3)      Populasi dan Sampel
4)      Teknik Pengumpulan Data
5)      Teknik analisis Data
f.       Daftar Pustaka

Proposal penelitian kualitatif berbeda proposal penelitian kuantitatif terutama menyangkut adanya identifikasi maslah dan hipotesis. Identifikasi masalah dan hipotesis biasanya tidak terdapat dalam penelitian kualitatif. Proposal penelitian kualitatif terdiri dari:
a.       Judul
b.      Daftar Isi
c.       Pendahuluan
1)      Latar Belakang Masalah
2)      Perumusan Masalah
3)      Tujuan Penelitian
4)      Manfaat Penelitian
d.      Landasan Toeritis, terdiri dari:
1)      Tinjauan Pustaka
2)      Hasil Penelitian yang relevan
3)      Kerangka Pemikiran
e.       Metodologi Penelitian
1)      Tempat dan Waktu penelitian
2)      Bentuk dan Strategi Penelitian
3)      Sumber data
4)      Teknik Sampling
5)      Teknik Pengumpulan Data
6)      Uji Keabsahan Data
7)      Teknik Analisis Data
8)      Prosedur Penelitian
f.       Daftar Pustaka


BAB VIII
TABEL
1.      Daftar Tabel
Karangan ilmiah yang lengkap selain menganalisis data dengan saksama, juga mencantumkan tabel yang merupakan ganbaran nyata analisis masalah. Nama-nama tabel yang tercantum di dalam karangan ilmiah itu dimuat dalam daftar tabel.
Cara penulisan daftar itu sebagai berikut. Tajuk DAFTAR TABEL dituliskan dengan huruf capital seluruhnya, tanpa diberi tanda baca apa pun. Tajuk DAFTAR TABEL terletak di tengah-tengah kertas dan turun seperempat bagian dari pinggir atas kertas. Nama-nama tabel itu diberi nomor dengan angka Arab dan dituliskan dengan huruf kapital pada semua awal katanya, kecuali partikel seperti di, ke, dan, dari, yang, dan untuk.
Perhatikan contoh pengetikan tabel dan contoh daftar tabel dibawah ini.

CONTOH PENGETIKAN TABEL  
TABEL 1
TIPE SEPEDA MOTOR HONDA
Kelas
Tipe
CC
Cab
C 800 K2
C 800 M2
80
80
Business
MBC/WIN
100
Sport 125cc
GL 100 K
GL Max 1
GL Max 3
100
115
115
Sport 125cc
GL Pro
145

Keterangan:
Kelas Cab adalah tipe bebek
Kelas Sport 125cc dan Sport 125cc adalah tipe sport.


            CONTOH PENGETIKAN DAFTAR TABEL 



DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Ukuran Standar Papan Partikel ………………………………………......            5
Tabel 2 Toleransi Ukuran Papan Partikel …………………………………………          7
Tabel 3 Jumlah Produksi Papan Partikel ………………………………………….         15
Tabel 4 Jumlah Yang Dipasarkan Per Tahun ……………………………………..         26





2.      Daftar Grafik, Bagan
Pada dasarnya, penulisan daftar grafik, daftar bagan, atau daftar skema hamper sama dengan penulisan daftar tabel. Daftar grafik, daftar bagan, atau daftar skema itu dibuat jika dalam suatu karangan ilmiah terdapat lebih dari satu grafik, bagan, atau skema. Cara menuliskannya adalah sebagai berikut. Di tengah-tengah kertas dituliskan tajuk DAFTAR GRAFIK, DAFTAR BAGAN, dengan huruf capital semua, tanpa diberi tanda baca apa pun. Tajuk-tajuk ini pun diletakkan di tengah-tengah kertas dan turun seperempat bagian dari pinggir atas kertas (7cm). Berilah nomor urut grafik, bagan dengan angka Arab. 1,2,3, dan seterusnya, seperti Grafik 1,dan Bagan 2, dengan diikuti namanya masing-masing.
            Perhatikan contoh-contoh berikut.
CONTOH GRAFIK
            REALISASI EKSPOR MINYAK INDONESIA DALAM JUTA BAREL




CONTOH BAGAN
BAGAN STRUKTUR KUD MENURUT KETETAPAN
NO.2/1878
RAPAT ANGGOTA
 
                                                 
BADAN PEMERIKSA
 
PENGURUS
 
BUUD
PEMBINA
 
ORGANISASI
PERKUMPUL-
MANAJER
 
AN
 

ORGANISASI
PERUSAHAAN

BAB IX

1.     Bibliografi (bibliography)
Bibliografi adalah daftar pustaka yang memuat semua sumber informasi yang disebut dalam tubuh uraian dan bagian pengantaraan tetapi juga memuat lain-lain sumber informasi yang oleh penulisnya dianggap perlu dan belum disebut karangan. Macam yang terakhir ini biasa dipakai dalam penulisan buku, skripsi, disertasi, tesis, dan sebagainya. Jumlah pustaka dalam daftar lebih dari yang ada dalam tubuh uraian.
Dari ketentuan tersebut diatas jelas bahwa semua sumber informasi yang terdapat dalam daftar pustaka harus terdapat dalam indeks, tanpa terkecuali. Sebaliknya tidak semua sumber informasi yang terdapat dalam teks harus terdapat dalam daftar pustaka.
2.     Indeks
Indeks (penunjuk kata) biasanya dipakai dalam tesis dan buku ilmu pengetahuan teknis yang sangat banyak menggunakan kata-kata yang khas atau khusus. Penunjuk kata itu berguna untuk membantu pembaca mencari halaman dimana kata-kata khas tersebut dapat ditemukan. Penunjuk kata itu berupa daftar pustaka, yang disusun secara alfabetis. Disebelah kanan daftar kata itu dicantumkan halaman dimana kata-kata khas itu dapat ditemukan dalam tubuh uraian karangan.
Dalam satu halaman buku biasanya memuat dua buah kolom indeks. Di bawah ini diberikan sebuah contoh indeks :
                        Halaman                                                                      halaman
Analisis                       . . . . . . . .                                             klasifikasi        . . . . . . . .
Definisi       . . . . . . . .                                             Definisi                       . . . . . . . .
Guna           . . . . . . . .                                             Macam-macam            . . . . . . . .
Pengertian  . . . . . . . .                                             dsb.                 . . . . . . . .
Dsb.                        . . . . . . . .
            Perlu diingat disini, bahwa indeks tidak identik dengan daftar isi. Daftar isi berisi petunjuk judul, sub judul, topik-topik tertentu. Indeks berisi petunjuk kata-kata dan nomor-nomor  halamannya untuk menemukan pengertian dan penjelasannya dalam teks uraian pokok.
3.     Ringkasan (Summary)
Sebuah ringkasan digunakan untuk orang yang telah menyelesaikan bacaannya. Perbedaan dengan abstrak adalah jika abstrak digunakan untuk orang yang tidak sempat membaca keseluruha isi bacaan. Oleh sebab itu, ringkasan diletakkan pada bagian akhir dan abstrak diletakkan pada bagian awal. Ringkasan bukan mengulang abstrak, ringkasa ada jika memang dalam suatu jurnal menghendaki ringkasan. Ringkasan dan abstrak biasanya disertakan pada karangan yang panjang.
Ringkasan termasuk bagian dari karangan, yaitu uraian pokok dari naskah asli. Ringkasan berupa kesimpulan rekapitulasi bahan yang dibicarakan dengan memusatkan perhatian pada fenomenon-fenomenon atau fakta hasil-hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan –kesimpulannya. Oleh sebab itu ringkasan dari karangan sebuah penelitian itu berupa kalimat-kaliamat singkat tentang hasil-hasil kesimpulan, dan menunjuk secara singkat hipotesis-hipotesis baru, dan rencana penelitian yang akan datang.
Ringkasan memuat ringkasan hasil yang berupa fakta dan pertanyaan yang dapat disimpulkan dan bersifat informatif semata-mata. Hanya jika dipandang perlu ringkasan itu dapat memuat tujuan dan metode baku. Material yang bersifat khusus dapat disebutkan secara ringkas pula. Seperti dalam abstrak, dalam ringkasan itu tidak terdapat diskusi atau acuan pustaka. Tidak seperti dalam abstrak, ringkasan boleh memuat acuan daftar, grafik, dan gambar yang ada dalam badan karangan. Hipotesis baru dapat juga dimuat dalam dalam ringkasan.
Umumnya sebuah ringkasan ditulis dalam bahasa ibu yaitu bahasa yang dipakai untuk menulis karangan itu sendiri. Namun kadangkala jurnal menghendaki agar ringkasan juga ditulis dalam bahasa asing. Ringkasan tidak pernah diterbitkan khusus sebagai suatu ringkasan. Ringkasan juga tidak bisa digunakan sebagai acuan dalam menimbang pustaka layaknya abstrak, sebab ringkasan berisi kesimpulan-kesimpulan fakta dan tulisan seperti apa adanya.











DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Z. dan Zifirdaus, I. 2005. Merebut Hati Audiens Internasional: Strategi ampuh meraih publikasi di jurnal ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Aflahcyntiya, 2008, “kajian kepustakaan dan kerangka teori merupakan landasan berpijak dalam penelitian http://aflahchintya23.wordpress.com/2008/02/23/kajian-pustaka-dan-kerangka-teori-merupakan-landasan-berpijak-dalam-penelitian/ diakses pada tanggal 3 oktober 2011, jam 21.30
Dikti. 2008. Pedoman Umum Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang IPA, IPS dan Ilmu Pendidikan. Dikti, Depdiknas. Jakarta.
Kamarulah Munir,2005,” tinjauan pustaka” http://tinjauan.blogdrive.com/ diakses pada tanggal 3 oktober 2011, jam 21.30
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Nasucha, Yakub dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
Rifai, M. A. 1995. Pegangan: Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Wikipedia, 2011, “hipotesis”http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis diakses pada tanggal 3 oktober 2011, jam 21.30